Namaku YB. Obiet Panggrahito. Aku lahir 11 tahun yang lalu. Tepatnya tanggal 16 Juli 1998, sebagai anak pertama. Ayahku, Tatas Panggrahito, adalah seorang guru tidak tetap di sebuah SD swasta. Ibuku, Primasari, seorang ibu rumah tangga. Aku lahir dalam keluarga yang sangat sederhana. Aku tumbuh seperti anak-anak yang lain. Satu-satunya yang membuat aku istimewa adalah orang tuaku sangat mencintai dan memperhatikan diriku. Aku masih ingat ketika belum sekolah, orang tuaku sering mengajak jalan-jalan duduk di sebuah bukit dan melihat pemandangan dari bukit itu. Di malam hari aku diajak menyanyi, bercanda, dan membaca bacaan anak. Pokoknya asik. Aku bangga menjadi anak ayah dan ibuku
Ketika usiaku 5 tahun, aku mulai merasakan kesepian. Bila hari menjelang malam aku sedih. Aku harus di dalam rumah tapi tak punya teman. Hanya ada ibu yang tak bisa berlama-lama menemani aku nonton TV karena harus menjahit mencari tambahan penghasilan. Dan ayahku pergi mencari tambahan penghasilan dengan memberi les privat dari rumah ke rumah. Saat itu aku mulai membayangkan andai aku punya adik.
Beberapa kali aku bilang pada ayah ibu, kenapa aku tak punya adik? Mereka menasehati agar aku berdoa minta adik kepada Tuhan. Lama... aku menunggu tetapi Tuhan belum mengabulkan. Meski begitu orang tuaku masih meluangkan sedikit waktu di malam hari. Main ular tangga, baca buku, dan menyanyi menjelang tidur. Karena tiada hari tanpa bernyanyi, lama-lama aku jadi senang sekali menyanyi. Dan karena hobiku itu, ayah menciptakan beberapa lagu sederhana untuk aku.
Di pertengahan tahun 2005, Tuhan memberiku seorang adik kecil di dalam perut ibu. Aku bahagia sekali. Tak sabar aku menunggu adik lahir. Saat itu pula ayahku punya ide untuk mendirikan sebuah sanggar seni. Dengan bantuan dana dari seorang teman, berdirilah sebuah sanggar bernama "Rumah Bintang". Dengan adanya sanggar itu ayah tak perlu lagi memberi les privat dari rumah ke rumah. Asal aku mau di Rumah Bintang, waktuku bertemu ayah bisa lebih lama. Di Rumah Bintang, aku belajar banyak hal. Mulai dari menyanyi, melukis, main musik, juga bermain dengan banyak teman.
Suatu hari ayahku mencoba-coba membuat rekaman lagu-lagu ciptaanya dan aku yang menyanyikannya. Aku dan ayahku ingin mempersembahkan kaset rekaman itu untuk menyambut kelahiran adikku. CD rekaman itu dijual untuk teman-teman sendiri. Terjual sekitar 150 keping. Setiap laku satu CD, aku mendapat uang Rp 1.000. Waaah, uangku jadi banyak.
Tanggal 27 maret 2006 aku bahagia. Horeee... adikku lahir. Terima kasih Tuhan. Engkau telah memberiku adik cowok cakep yang akan menemani hari-hariku.
Sejak saat itu aku mulai rajin mengikuti lomba menyanyi. Pertama kali ikut lomba, aku memperoleh juara sampai ke tingkat eks Karesidenan Kedu. Dan setiap kali ada lomba di Kabupaten Temanggung, aku selalu mendapat juara satu. Aku juga mulai dipanggil untuk menyanyi bersama ayahku. Ketika ayah memberi uang hasil aku menyanyi, ayah selalu berpesan, "Ini bukan tujuan kamu menyanyi".
Tiada ulasan:
Catat Ulasan